Kamis, 07 Oktober 2010

AJB dan PBB

Setelah beli sebidang tanah mungil, aku nggak terlalu pusing mikirin surat-surat apa aja yang harus diurus supaya status kepemilikan tanah berpindah secara resmi. Pikirku selama sertifikat tanah aku yang pegang dan ada surat pernyataan jual beli yang kita buat, berarti aman.
Ternyata nggak sengaja baca, kalau nggak ada ajb kekuatan hukumnya kurang. Menurut tulisan itu (lupa sumbernya) ajb dibuat untuk membatasi supaya orang2 nggak buat surat-surat jual beli tanah seenaknya.
Akhirnya setelah tiga tahun aku baru kepikiran buat ajb.

Informasi awal
Secara nggak sengaja aku nganterin temen ke BPN Depok, disana dapat informasi dari satpam kalo ajb bisa juga dibuat di kecamatan, coz kecamatan itu bisa berfungsi sebagai PPAT.

Pergi ke Kecamatan
Pergi ke kecamatan berbekal
  • Sertifikat tanah atas nama pemilik awal dan fotocopynya
  • FC KTP-ku, FC KTP penjual dan suaminya
  • Kartu Keluarga Penjual (sebenernya waktu cari inform di internet nggak perlu tapi ternyata ditanya juga)
  • Bukti pembayaran PBB tahun berjalan dan FCnya
Di Kecamatan diterima dengan ramah oleh petugas, petugas sempet tanya "Kenapa nggak di urus sama Bapak A?" begitu tau alamat rumahku. "Sekarang kalau bisa ngurus sendiri mendingan ngurus sendiri Pak, biayanya lebih murah" jawabku to the point. Si Bapak manggut-manggut aja.
Kemudian, Si Bapak petugas mulai mengecek kelengkapan dokumen yang aku bawa. terus tiba-tiba si Bapak agak meninggi suaranya (kaget mungkin????), ternyata di SPT PBBku itu ada tulisan bangunan seluas 50 m2 padahal kenyataannya nggak ada. Selama ini aku nggak ngerti kirain nggak masalah ada tulisan bangunan itu. Ternyata......karena ada tulisan bangunan itu, aku harus bayar 8 jutaan untuk ini itu (include pajak dan saksi-saksi). Pokoknya sampai ajb selesai 8 juta.
"Tapi Pak, sebenernya nggak ada bangunannya"
" Ya apa boleh buat, di PBBnya kan seperti itu"
"Hmmmm......nanti dulu deh Pak" jawabku ragu.
"Dimana-mana juga harganya segitu" si Bapak kelihatan kecewa
"Iya makasih Pak, saya harus benerin PBBnya dulu Pak" ujarku nggak yakin.

Ya inilah resikonya ngerjain semuanya sendiri, lagian heran deh kenapa pemilik terdahulu buat PBB ada bangunannya, padahal jelas-jelas tanah berumput doang.
Sampai di rumah akhirnya, aku telepon si Bapak yang biasa nawarin jasa buat surat-surat tanah. Kemarin dia bilang biaya totalnya sekitar 4 juta, pikirku kalau terpaksa ya udah sama dia aja. Ternyata setelah ditelepon dia bilang 4 juta itu cuma tanahnya aja, nah lhoooo kok beda sama kemarin. Jadi aku putuskan untuk buat sendiri semuanya.


Terimakasih Internet
Untungnya jaman sekarang cari informasi nggak sesulit dulu, makasih untuk orang -orang yang mau berbagi lewat tulisan-tulisan di internet, bermanfaat banget. Berbagi informasi bisa membantu menggeser budaya kita, kita jadi tau jalur-jalur bener yang harus dilewati, jadi nggak dibuat 'proyek' sama orang-orang nggak bertanggung jawab.
Informasi yang dicari:
1. alamat kantor pajak di Depok
2. syarat yang diperlukan untuk membetulkan SPT PBB (ternyata nggak lengkap jadi aku kira-kira aja sendiri)
  • Surat keterangan dari kelurahan tentang tanah yang seharusnya tanpa bangunan (ini yang paling penting)
  • FC SPT PBB yang mau diperbaiki (yang asli juga aku bawa)
  • FC sertifikat tanah (yang asli juga aku bawa)
  • Surat kuasa dari pemilik sebelumnya, karena SPTnya masih nama dia

Pergi ke kantor Pajak
Pergi ke kantor pajak Depok, di jalan Pemuda. Nggak susah nyarinya. Begitu masuk gedung clingak-clinguk nggak ngerti apa yang harus dikerjain. Ada Bapak satpam menghampiri terus tanya-tanya dan ngasih tau apa yang harus dilakukan. Biasa pertama kali ngambil nomor antrian sesuai dengan pos permasalahannya (aku PBB tentu saja). Terus samaBapak satpam dikasih form yang harus diisi sekaligus melampirkan persyaratannya. Di sini budaya mengantrinya bener-bener terasa banget.Aku lihat siy nggak ada yang main serobot.
Tiba giliranku, aku pergi ke loket. Baru mau ngomong tiba-tiba ada bapak-bapak mau nyerobot, aku dah was-was aja niy. Secara ngantrinya lama juga. Untung si ibu petugas dengan halus dan tegas langsung bilang:
"Bapak nomor antriannya berapa?"
"Begini mbak...."
"Pak silakan ngambil nomor antrian, disini semuanya pakai nomor antrian"
Si Bapak langsung ngeloyor pergi. Bravo-bravooooo buat si ibu petugas (kalau nggak salah namanya Bu Margaret).
Setelah tau tujuanku, si ibu ini memeriksa sertifikat yang aku bawa. Karena ada tulisan tanahnya adalah perumahan, maka aku dikirim ke bagian konsultasi. Di bagian konsultasi yang ditanyakan adalah surat keterangan dari kelurahan, karena ada langsung aku di acc tanpa tanya ini-itu lagi. Dari konsultasi balik lagi ke loket, diperiksa sebentar sama ibu petugas kemudian dikasih tanda terima. Perbaikannya akan selesai dalam waktu dua bulan, jadi dua bulan lagi aku harus balik dan ambil hasilnya. Fiuh...ternyata lama betul.

2 bulan kemudian....
Kembali lagi ngambil nomor antrian di kantor pajak, setelah menunggu akhirnya muncul juga nomor antrianku. Kata petugas, berkasku belum ada di loket jadi aku harus ke bagian konsultasi. Hhhhhhfff.....tarik napas panjang bersiap untuk bagian yang terburuk. Di ruang konsultasi dekata toilet nggak ada orang yang nunggu. Akhirnya sok berani masuk aja ke dalam ruangan sambil leher menjulur ke belakang ruangan. Ibu yang ada di sana langsung tanggap,
"Ada apa Bu?" tanyanya ramah
"Mau ambil berkas Bu"
"Oooh...ke Bapak anu aja" ucapnya sambil menunjuk sebuah meja.
Begitu sampai di si Bapak, beliau langsung tergopoh-gopoh menuju tempat lain sambil mempersilakan aku nunggu di luar. Nggak berapa lama ruang sebelah (ada mesin pencetak SPT PBB) manggil namaku dan menyerahkan SPT PBB yang sudah dibetulkan. Terimakasih Tuhan....beres satu langkah.


Ke Kecamatan lagi
Pergi ke kecamatan lagi,ketemu dengan Bapakyang berbeda. Ternyata Si Bapak mengenali suamiku (Suka main bola), setelah ngasih persyaratan untuk AJB:
  • FC KTP pembeli
  • FC KTP penjual dan suaminya
  • SPT PBB tahun berjalan
  • FC Sertifikat tanah
  • FC Kartu Keluarga Penjual
Setelah ngobrol naglorngidulakhirnya tiba juga ke bagian terpenting,
"Pak biayanya berapa Pak"
"Delapan ratus ribu rupiah"

Beberapa hari kemudian setelah berkas jadi aku bayar sejumlah yang disebut si Bapak sambil minta kuitansi. Pikirku akan ada kuitansi resmi dari pemerintah atau kecamatan tapi yang keluar kuitansi yang tulisannya titipan uang untuk ajb sebesar Rp 800.000,-. Sudahlah......
Kemudian berkasi di bawa pulang untuk ditandatangani oleh penjual-pembeli. Setelah itu dibawa lagi ke kecamatan. Beberapa hari kemudian dah jadi deh..... Rp 800.000,- dari yang awalnya diperkirakan Rp 8.000.000,-. Terima kasih....





7 komentar:

  1. Mas, nomor HPnya berapa? Saya ditawarin tanah dengan status AJB,Bagaimana menurut mas? Toni 085640785347

    BalasHapus
  2. Mas, nomor HPnya berapa? Saya ditawarin tanah dengan status AJB,Bagaimana menurut mas? Toni 085640785347

    BalasHapus
  3. Mbak aku mau tanya dong.
    Besarnya biaya untuk membuat AJB itu tergantung dari luasnya tanah ga ya? *terimaksih

    BalasHapus
  4. Klo AJB ttd harus lurah apa bs kecamatan?

    BalasHapus
  5. Kalau ajb gak ada PBB ya ..gmna mba /mas

    BalasHapus
  6. Kalau ajb gak ada PBB ya ..gmna mba /mas

    BalasHapus
  7. Kalau ajbnya ada PBB-nya ga ada gmn

    BalasHapus